SPIRITUAL ADVENTURE SPECIAL THE MOVIE
RAHASIA ALTAR eps. 2
RAHASIA ALTAR eps. 2
dan wuuuzzz, tembakan api ku luncurkan. Dalam sekejab mereka menghilang entah kemana. Entah menjadi abu, entah lari kembali ke alamnya/realmnya aku tidak tau dan tidak mau tau karena itu bukan urusanku. Aku telah memperingatkan dan ternyata mereka malah menantang. Yaah, namanya juga dark dragon, spirit hitam dengan aura hitam memang tak jarang punya kelakuan yang buruk.
Tak lama kemudian, mbah Wisa kembali dan mengatakan paket telah sampai tujuan dengan selamat.
“Alhamdulillah, satu spirit telah selesai. Tinggal enam lagi”, ucapku bersyukur. Setelah itu kembali aku atur formasi, mbah sanca dengan posisinya semula, mabh maung juga dengan tugas awalnya.
“bismillah, empat jendral bikin portal menuju realm nya red dragon”, kataku kemudian muncul black hole keduaku malam ini dan aku siap meluncur masuk ke dalamnya. Dan seperti yang pertama tadi, wuuzz aku telah sampai di seberang. Kali ini berbeda dengan realmnya dark dragon. Tanah, atau entah apa namanya ini tempatku berpijak sangat panas, seperti padang pasir dengan lelehan lahar dimana- mana. Tak mau lama- lama disini, akupun segera merapal jurus pemanggil dan dalam sekejap
“blarrrrrrrrggghhhhh”, sesosok red dragon muncul di hadapanku. Ukurannya lebih besar dan auranya lebih seram dari dark dragon. Kulitnya berwarna merah pucat seperti papaya, namun dengan aura merah yang sangat terang seperti cahaya lampu.
“wahai red dragon yang ada di depanku, bisakah kamu aku ajak bicara”, tanyaku.
“ya tentu”, jawabnya dengan berwibawa. Dari suaranya sepetinya kali ini berjenis kelamin laki- laki tua. Pembawaannya yang tenang dan suaranya yang berat menunjukkan usianya yang sudah sangat tua
“aku sedang mencari spirit dari ras kamu untuk aku jodohkan dengan manusia. Tugasnya adalah mendampingi manusia, membantu segala hajad hidupnya dan bersama- sama beribadah kepada Tuhan”, jawabku dengan lantang
“ya, aku bersedia”, jawabnya
“lalu apa yang kudapat?”, tanyanya kemudian
“yang kamu dapat adalah pahala dari Tuhan. Tuhan yang menciptakan aku dan kamu. Tuhan yang menciptakan segala yang ada di duniaku dan duniamu.”, jawabku
“ya aku bersedia”, jawabnya lagi
“oke kalau kamu bersedia, ada beberapa syarat yang aku ajukan”
“wahai dragon, aku ingin kamu selalu mendampingi mastermu. Datang saat di panggil, kapanpun dan dimanapun mastermu memanggil. Ajak mastermu untuk beribadah dan semakin mendekatkan diri pada Tuhan. Bantulah mastermu dan mudahkan mastermu dalam memahami ajaran agama serta konsep- konsep tentang memiliki dan memperlakukan khodam sebagai teman hidup yang baik.
Pengaruhi mastermu untuk selalu berbuat baik dan mampu menahan diri. Terakhir dan yang paling penting, patuhilah segala yang diperintahkan oleh mastermu. Apa kamu bersedia?” tanyaku
“ya, aku bersedia”, jawabnya kemudian
“baiklah jika kamu bersedia, sebagai tanda persetujuanmu, tolonglah berikan namamu padaku. Nama indah yang akan menjadi kunci untuk memanggilmu. Hanya mastermu yang akan mengetahuinya, atau orang lain dengan seizin mastermu. Siapapun yang memanggil nama ini berarti adalah mastermu, yang artinya berlaku perjanjian yang sama juga seperti yang telah kita sepakati bersama”, lanjutku
Berbekal pengalaman dengan dark dragon, aku ingin melakukan wawancara di tempat saja. Tidak ingin aku membawa mereka ke rumah.
Berbekal pengalaman dengan dark dragon, aku ingin melakukan wawancara di tempat saja. Tidak ingin aku membawa mereka ke rumah.
“apakah kamu ingin menyampaikan sesuatu untuk mastermu wahai red dragon?”, tanyaku
“yaa, aku ingin berpesan, sampaikan ini kepada manusia yang memintamu untuk datang kesini. Aku ini sudah tua, sudah banyak yang ku lihat. Aku tidak ingin manusia kemudian menggunakanku untuk kepentingan jahatnya. Aku tidak akan mau melakukan keburukan selama aku hidup, karena karma buruknya selalu kembali padaku”, pesan red dragon
“baiklah, akan ku sampaikan. Kemudian siapa namamu?”, tanyaku
“panggil aku ALBERT”, jawabnya
“baiklah wahai red dragon, mulai hari ini dan sepanjang mastermu masih hidup, kamu akan dipangguil Albert. Rumahmu adalah dalam vessel ini, dan mastermu akan memperlakukan serta merawatmu dengan baik layaknya seorang sahabat. Silahkan menuju vessel dibantu oleh mbah Wisa”
“mbah Wisa, bantu ALBERT menuju vesselnya”, kataku pada mbah Wisa
“mbah Wisa kemudian berjalan diikuti oleh albert yang terbang dibelakangnya”
“master Lava, dinda, ayo kita kembali”, kemudian aku menuju portal dan kembali ke tubuhku di rumah
Tak lama kemudian, mbah Wisa kembali dan mengatakan paket telah sampai tujuan dengan selamat.
“Alhamdulillah, satu spirit telah selesai. Tinggal lima lagi”, ucapku bersyukur.
Kulihat catatanku, kali ini aku akan menuju ke realm favoritku, yaitu realm nya omyang jagad.
sebelum menuju realmnya OJ (Omyang Jagad), aku mengirim pesan singkat melalui aplikasi whatsapp (WA) ke pemahar
“bro, sebentar lagi aku kirim OJ nya. Jangan lupa vessel nya di oles minyak ya?”, pesanku
“siap mbah”, balas pemahar tak lama kemudian
“oke persiapan telah selesai”, batinku. Aku sangat menghindari conjure tanpa minyak, karena khodam yang dikirim akan benar- benar susah untuk cocok dengan vesselnya.
“Mbah Wisa, yuk bawa aku menuju realmmu”, kataku dan tak lama kemudian aku sudah berada di suatu tempat entah di mana. Tepatnya sih di dalam sebuah rumah.
“mbah, tolong donk cariin temen atau saudara mbah Wisa yang kuat, buat nemenin pemahar”, kataku
“yang kaya mbah Wisa yaa? yang auranya putih, jangan yang hitam. Pokok yang sip kaya mbah Wisa lah, oke ya?”, kataku lagi
“iya Le”, kata mbah Wisa.
“iya Le”, kata mbah Wisa.
“Tunggu disini sebentar ya Le? saya pamit dulu”, kata mbah Wisa kemudian menghilang perlahan. Prosesnyapun hanya seperti menjadi blur, kemudian seperti kabut tipis dan perlahan- lahan hilang ditiup angin.
“brrrr, disini dingin juga”, batinku
Aku kemudian merapal doa agni hingga tubuhku diselimuti api tipis
“aah sama ajaa tetep dingin, ternyata tidak membantu membuatku hangat walaupun tubuhku sudah diselimuti api. Mungkin api ini hanya terasa panas untuk MG (Mahkluk Ghoib)”, batinku kemudian menghentikan doa agni
Aku mulai melihat sekeliling, hanya ada dinding yang terbuat dari kayu bercat putih bersih. Ditengah ruangan ada semacam meja dan sesuatu seperti karpet atau alas duduk. Lesehan, tidak nampak kursi apapun disini. Meja di tengah ruanganpun hanya seperti potongan batang pohon yang besar dan dirapikan sisi- sisinya. Aku kemudian berjalan lagi keluar ruangan. Ternyata disitu merupakan balkon lantai atas, dan dari sini aku melihat ada tangga untuk turun menuju lantai bawah. Dari balkon ini aku bisa memandang luasnya cakrawala, semua nampak bersih dan putih tertutup kabut tipis. Beberapa pucuk pohon terlihat hijau, menyembul di antara kabut yang menutupi wilayah pegunungan ini. gemericik air terjun terdengar dari bawah. Kucoba untuk melongok ke bawah dan astaga, memang ada air terjun yang lumayang besar di bagian bawah sebelah kiri tempatku berdiri. Ternyata sekarang ini aku sedang berada di pucuk pohon, sebuah pohon yang sangat besar sampai- sampai bisa digunakan untuk membangun rumah di salah satu dahannya. Disebelah kanan dan kiri nampak puncak- puncak dari beberapa gunung lain, serta pemandangan laut yang biru. Entahlah aku sedang berada di mana, yang jelas pemandangan ini sangat sulit untuk ditemukan di dunia manusia. Kuhirup dalam- dalam aroma gunung ini, sejuuuk, udara segar memenuhi setiap relung rongga dadaku.
“pemandangan gunung ini, air terjun ini, pepohonan ini, laut ini, segarnya udara ini, dinginnya udara disini, aaah, segarnyaaa.. Terasa segala lelah dan masalah yang bersarang di otakku menyingkir lenyap entah kemana”, batinku merasakan kondisi yang nyaman ini.
Aku masih menikmati cuaca indah ini hingga tiba- tiba mbah Wisa sudah berada di belakangku
Aku masih menikmati cuaca indah ini hingga tiba- tiba mbah Wisa sudah berada di belakangku
“Le, saya sudah kembali”, kata mbah Wisa
“ini saudara saya, namanya mbah KAMA”, mbah Wisa mengenalkan saudaranya
“halo mbah KAMA, salam kenal. Habis ini mbah KAMA akan mendampingi manusia, pasti sudah tau kan?”, tanyaku berbasa basi
“iya Le, saya sudah paham”, jawab mbah KAMA
“mbah KAMA namanya kok jelek yaa, saya ganti dengan mbah RAMA mau tidak?”, tanyaku
“RAMA itu nama saudara saya Le, saya dipanggil KAMA saja”, jawab mbah kama
“tapi jelek mbah, KAMA, mirip- mirip karma. Sereeem, nanti pemahar merasa gimanaa gitu. RAMA aja yaa keren, kayak tokoh di film- film india itu lo mbah?”, kataku kemudian
“tapi Le, RAMA itu sudah ada yang menggunakan lo”, mbah kama tetap berusaha protes
“aah sudahlah, mulai sekarang mbah kama dipanggil mbah RAMA. Sip ya? tidak ada protes. Oke?’, aku memaksa
“yuk mbah Wisa, balik. Mbah Wisa langsung antarkan mbah KAMA ke pemahar ya?”, kataku pada mbah Wisa
“iya Le”, jawab mbah Wisa yang kemudian berjalan menjauh bersama mbah RAMA
Dalam sekejab aku sudah kembali ke kamarku, kemudian aku ambil HP
“bro, nama OJ kamu mbah RAMA, jangan lupa segera di ajak meditasi ya supaya segera nyambung antara spirit dan keepernya”, aku mengirim pesan
Alhamdulillah, satu lagi telah selesai dengan baik. Senyuman dari pemahar saat mereka menghubungiku kembali, itulah yang menjadi bayaran yang tak ternilai harganya. Aku sangat senang jika bisa membantu mereka menguak sedikit rahasia Tuhan mengenai hal- hal yang ghoib.
“RAMA?”, balasnya
“iya RAMA. Kenapa bro?”, balasku
“kok sama dengan OJ yang sebelumnya?”, balasnya
“hah? masa sih?”, aku kaget
“iya mbah, sama dengan OJ sebelumnya. Ini tadi beneran dikirim OJ baru tidak sih?”, tanya nya
“bentar- bentar”, tunggu lima menit. Aku panggil OJ kamu”, balasku
“wah, masalah nih, kok bisa namanya sama sih? ke orang yang sama lagi”, batinku
Semenit kemudian aku sudah duduk tepekur sambil merapal mantra pemanggil, summoning jutsu. Dan dalam sekali hentak
“mbah Rama berdua, mbah Wisa, kemari semuanya”, aku memanggil semua OJ untuk hadir
“mana yang mbah rama 1?”, aku bertanya kemudian diikuti sesosok OJ mengangguk
“berarti kamu mbah rama 2 ya? mbah, ngasih nama kok samaan sih, gini ini kan aku jadi tidak enak sama pemahar. Dikiranya aku kerja tidak beres”, protesku
“kan tadi gua udah bilang tong, gua mbah KAMA, jangan panggil gua RAMA. Kan lu juga tadi yang ngeyel maksa gua untuk merubah nama jadi RAMA? Bijimane sih lu tong! “, mbah rama 2 menjawab sambil bersungut- sungut
“lhah harusnya bilang lah mbah? nama ini sudah dipakai oleh OJ sebelumnya di pemahar yang sama? gitu mbah biar aku mudheng”, jawabku sambil marah- marah
“lhah, kan gua udah ngeyel gak mau tadi? iya kan wi?”, mbah rama 2 mencari teman pembelaan
“iya Le, tadi kamu yang ngeyel memang”, kata mbah Wisa
“iya sih memang aku yang ngeyel. Lagian kenapa sih nama kalian mirip banget? apa tidak ada nama lain?”, aku masih memarahi mbah rama
“lhah lu bijimane sih tong, kan Rama itu sodara gua? ya wajar lah kalau namanya mirip. Namanya juga sodara kembar. Jadi dia RAMA, gua KAMA. Kalau ribut aja lama- lama gua tampol juga lu”, kata mbah rama 2
“lhah, kembar mbah Wisa? kenapa tidak ngomong dari awal?”, protesku pada mbah Wisa
“kan kamu Le yang minta disuruh nyarikan yang masih saudara. Jadi ya saya carikan yang benar- benar bersaudara sama OJ sebelumnya. Supaya adik kakak ini bertemu kembali di keeper yang sama”, jawab mbah Wisa
“hemmb iya sih, aah sepertinya ini memang salahku”, batinku
“yasudah jangan galak- galak mbah, atut juga ane lama- lama”, kataku
“terus mbah rama 2, gimana nih? mau dipanggil KAMA atau RAMA juga?”, tanyaku
“yasudah panggil RAMA BERSAUDARA aja tong”, jawab mbah rama 2
“oke deh kalau gitu, yasudah pada balik semuanya. Mbah rama bersaudara, titip keeper ya? Tolong dijaga yang baik”, pesanku kemudian mereka semua menghilang
aku menganbil HP ku kembali dan menjelaskan semuanya dari awal hingga akhir kepada pemahar, dan untungnya pemahar mau mengerti
“ha ha, lucu juga ya kalau conjure mbah? kapan- kapan pengen bisa juga kaya mbah wira, bisa conjure”, kata pemahar
“he he”, aku cuman tersenyum kecut, mengingat keruwetan saat proses conjure
“hemmb, wraith”, gumamku sambil melirik secarik kertas tagihan
“wah, aku harus pasang proteksi yang kuat nih kalau masih sayang nyawa”, batinku
“mbah Wisa, master Lava, dinda elsha, mbah sanca, mbah maung, semuanya berkumpul dini”, pekik ku yang kemudian disusul dengan satu per satu dari para rekan kerjaku menunjukkan diri mereka
“kita harus punya strategi kali ini, karena kita akan memasuki realmnya wraith”, kataku pada mereka semua seperti seorang jendral yang menyusun strategi untuk anak buahnya
“oh iya empat jendral lupa belum ku panggil”
“empat jendral, berkumpul sini semuanya”, aku memanggil mereka dan
“jleeegg”, suara empat jendral menghentakkan udara hingga atmosfer sekitar bergetar
“baiklah, selanjutnya kita akan memasuki realm nya wraith. Realm yang terkenal berbahaya. Udaranya mengandung racun yang mencekik otak. Kehadiran wraith sendiri membawa serta wabah penyakit. Sungguh mengerikan.
“emmb nanti empat jendral mengawalku di depan, belakang, samping kiri dan kanan. kalian bertugas sebagai proteksi, perisai buatku. Jauhkan segala yang bersifat negatif dariku”
“mbah sanca, dan mbah maung, nanti berada di dalam lingkaran empat jendral, di dalam perisai. Kalian bertugas sebagai baju zirah, yang melindungi tubuhku jika sewaktu- waktu empat jendral kewalahan dalam pertahanan. Tapi mbah berdua jangan terlalu dekat dengan tubuhku, karena aku juga pasang pagar badan nantinya”
“mbah Wisa dan master Lava, mbah berdua jadi tombak dan pedang buatku. Tugas kalian adalah menahan wraith yang datang. Jadi aku akan memanggil wraith dengan jurus pemanggil, kemudian setelah wraithnya datang nanti kalian tahan untuk kita wawancarai bersama”
“dinda elsha tinggal di rumah ya? tolong jaga rumah”, kataku membagi tugas
“dinda elsha tinggal di rumah ya? tolong jaga rumah”, kataku membagi tugas
Setelah semua persiapan selesai, aku mulai menenun segel empat penjuru untuk melindungi tubuhku dari gangguan MG yang mungkin datang mengganggu. Dan ternyata apa yang ku takutkan benar- benar terjadi, belum sampai aku selesai menenun segel, terlihat dua MG negatif mengintipku dari atas lemari pakaian. Memang semua pengawal rumah sedang bersiap untuk memasuki portal bersamaku, dan rupanya kesempatan ini digunakan oleh MG negatif untuk mendekatiku. Kulihat wujudnya sangat jelek sampai membuatku mual. Mukanya hitam, bajunya putih kumal, dan jumlahnya ada dua, ngintip dari atas lemari. Saat mereka sadar kalau sedang aku perhatikan, mereka lantas meringis memperlihatkan gigi- gigi mereka yang tak kalah hitamnya dengan muka mereka. Dan tiba- tiba, mereka melompat turun di depanku, lalu
“dhuuuaaaakkk”,
0 Komentar