HANTU KAKEK BUNGKUK
Nopember 2006
Nopember 2006
Sudah dua bulan aku berada di lantai dua, menghuni kamar kosku yang baru. Akupun telah terbiasa dengan penampakan kuntilanak yang biasa nongkrong di atas genting di depan kamar kosku. Kehidupanku mulai tenang, walaupun hampir setiap hari aku melihat kedua hantu itu.
“kedua?”
Yaa, dua. Satu wanita berbaju hijau, satu lagi kuntilanak dengan bayi yang digendongnya. Ternyata sesuatu yang seram dan menakutkan itu jika setiap hari kita menghadapinya maka lama- kelamaan akan terbiasa juga. Awalnya hingga beberapa hari aku sampai tidak bisa tidur. Namun sekarang, ah biasa saja. Setidaknya aku menikmati ketenangan hari- hariku ini hingga tiba- tiba pada suatu pagi aku bangun dalam kondisi kedua kakiku lumpuh.
Rasa- rasanya aku tidak melakukan suatu hal yang aneh maupun olah raga berlebihan yang menyebabkan kedua kakiku sangat sakit untuk digerakkan. Namun pagi ini, aku bangun dalam kondisi yang kacau. Untuk ke kamar mandi saja aku harus merangkak atau ngesot (berjalan dengan menyeret badan). Setiap aku mencoba berdiri rasanya seperti ada besi yang menghujam dalam kakiku.Sudah ku coba berobat kesana kemari, namun hasilnya nihil. Kakiku tetap saja sakit hingga tiba- tiba aku bangun pada suatu pagi daan
“cliing”
Semua rasa sakit itu lenyap begitu saja.
Aneeh, memang sangat aneh. Tapi ini benar- benar nyata terjadi.
Jangan tanya, pada saat kedua kakiku lumpuh bagaimana kuliahku. Aah itu adalah perjuangan yang sangat berat ketika aku harus praktikum dengan ngesot di lantai. Atau ketika aku harus berjalan di lorong- lorong sempit demi agar aku bisa berpegangan di tembok lorong supaya aku tetap bisa berjalan. Jalan dari kos sampai kampus yang biasanya ku tempuh dalam waktu kurang dari sepuluh menit, kini harus kutempuh selama satu jam lebih karena rasa sakit yang luar biasa tiap kali aku melangkahkan kaki. Biarlah itu menjadi sejarah, karena bukan itu yang ingin aku bahas pada cerita kali ini karena akan melenceng dari judulnya. Aku ingin membahasnya dari sisi ghoib, karena setelah sakit di kedua kakiku selesai ada yang janggal dengan kamarku.
“apa itu?”, samar- samar aku melihat keberadaan mahkluk di sudut kamarku
Setiap hari aku memang merutinkan untuk meditasi walaupun hanya sepuluh atau dua puluh menit. Dan setelah meditasi mala mini, aku kemudian berjumpa dengan sosok yang terlihat samar- samar itu. Aku kemudian memfokuskan lebih jauh lagi dan apa yang terjadi?
“yaa, aku melihat sosoknya”..
“yaa, aku melihat sosoknya”..
Sosok kakek tua dengan pakaian serba putih, jubah putih, dan sorban putih yang melilit di kepalanya. Kakek tua itu mengenakan tongkat untuk menopang tubuh bungkuknya agar tak terjatuh. Kenapa aku bisa mengatakan kalau itu kakek- kakek?Karena aku melihat kumis dan jenggotnya yang juga telah memutih. Kulitnya yang hitam keriput, kemudian cara dia tertawayang khas sekali seperti kakek- kakek menertawakan cucunya. Saat mahkluk itu tertawa, terlihat barisan giginya yang tidak bisa di bilang lengkap karena ada bagian yang sudah tanggal dan menyisakan bagian yang ompong.
“Kakek bungkuk”, begitulah aku memanggilnya
“sebenarnya siapakah hantu kakek bungkuk ini?”, tanyaku pada suatu kesempatan saat aku meditasi
Kutunggu hingga berpuluh menit namun tak ada jawaban apapun yang kudengar
“aneh, biasanya selalu ada jawaban”, batinku
Aah aku tidak mau ambil pusing dengan kakek bungkuk ini, karena dia tidak memancarkan aura yang berbahaya. Tidak tertangkap ada hawa membunuh dan niat jahat dari kakek bungkuk ini. Dia hanya mengikutiku kemanapun aku pergi. Dan saat malam tiba, dia selalu berada di salah satu sudut kamarku, seolah memperhatikan aku tidur. Saat aku melihatnya dan dia melihatku, dia hanya tertawa terkekeh.
“sungguh kakek yang aneh”
0 Komentar